Ketika Anak “Dikarbit” Orang Tua
Aku sih asyik asyik saja dengan aturan baru Pendaftaran Peserta Didik
Baru (PPDB) jalur zonasi bahwa calon murid yang usianya lebih tua lebih
diprioritaskan diterima dari yang usia muda. Karena sekarang ini banyak anak
yang masih bayi tapi sudah didaftarkan masuk SD. Berharap anak cepat besar
itu wajar, tapi yo ojok kebangetan. Umur belum genap 6 tahun sudah didaftarkan
ke SD. Yang repot gurunya. Pas si anak kebelet pup, gurunya yang ngurusi
segala sesuatunya. Anak seumuran segitu jangankan cebok, makai celana sendiri
saja belum bisa beres. Iso-iso peline kecepit resleting. Banyak orang tua yang gak
kanten (boso endonesane opo rek), kepingin anake ndang lulus, ndang kerjo. Anak
pun dikarbit habis-habisan. Salah satunya dengan diikutkan program ngebut
(akselerasi) agar cepat segera menyelesaikan studi. Bagiku program akselerasi
tak lebih dari bisnis sampingan terselubung pihak sekolah. SPP-nya mahal
cuk. Anak ndlahom pun kalau ortunya berduit bisa masuk program ini. Semua
bisa diatur. Ojok ngomong sopo-sopo yo. Kalau memang pihak sekolah berniat mencari bibit
unggul, jangan kotori niat baik itu dengan bisnis. Kalau memang prestasinya
luar biasa, otomatis masukan ke program akselerasi. Biaya SPP-nya sama dengan
yang tidak masuk akselerasi. Ojok kabeh-kabeh dibisnis. Taek kon iku..huwehehe
guyon mas.
Memang bangga punya anak abege yang sudah jadi mahasiswa. Itu bisa jadi
indikasi kalau si ortu berhasil mendidik anak. Tapi dosennya yang pusing,
karena mengajar anak kecil. Menghadapi anak yang mentalnya masih labil itu
riskan. Dikritik sedikit saja nangis. Mahasiswa seniornya juga mumet ketika mau
ngospek (untungnya sekarang dihapus). Nggak tega memplonco anak kecil.
Lebih baik biarkan anak menikmati proses masa kecilnya. Karena itu
tidak akan pernah terulang. Ortu jangan merenggut masa indah anak dengan
memaksanya belajar keras demi memenuhi obsesi si ortu.
Banyak ortu yang terobsesi seperti itu. Anaknya dipaksa pandai. Semua
kursus berbagai bidang studi diborong habis. Masa-masa bermain anaknya pun
terbengkalai. Dan anaknya pun lelah secara fisik dan mental. Dadi rodok
mengong.
Hidup nggak semata
mengejar prestasi. Buat apa pandai tapi kalau jiwanya kering. Koyok Michael
Jackson (MJ). Di usia dewasanya malah mainnya sama anak kecil. Membangun kebun
binatang, taman bermain anak-anak, dan sejenisnya untuk menghadirkan kembali
masa kecilnya yang dulu hilang. FYI, saat masih anak-anak, MJ digembleng keras
oleh bapaknya untuk dijadikan penyanyi. Dia bersama kakak-kakaknya disatukan
bapaknya dalam kelompok vokal Jakson 5. Tiap hari kerjanya menyonyo eh menyanyi
terus. Sampai nggak sempat lagi main gobak sodor, bentengan, jumpritan dan
permainan anak-anak lainnya. Secara prestasi MJ memang sukses besar, tapi
secara jiwa dia merasakan kekeringan yang luar biasa. Kaya tapi kalau jiwanya
sakit ya apa asyiknya.
0 Response to "Ketika Anak “Dikarbit” Orang Tua"
Posting Komentar